HIJRAH KE MADINAH
PENDAHULUAN
Ada
beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum hijrah ke Madinah.
1.
Dari generasi ke generasi, masyarakat Yahudi di Madinah dengan penuh harapan
selalu menantikan Nabi Muhammad (SAW). Mereka ini selalu mengatakan kepada suku
Aus dan Khazrij yang berkuasa di Madinah, “Jika Nabi Muhammad (SAW) telah
datang maka dengan pertolongannya kami akan meruntuhkan kekuasaan kalian.”
2.
Didalam musim haji tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian), enam orang suku Khazrij
menjumpai Rasulullah (SAW) dan memeluk Islam. Dengan jalan ini mereka berharap
dapat menghukum orang-orang Yahudi dengan pertolongan dari beliau (SAW).Tahun
berikutnya, bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Rasulullah (SAW)
mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama sekaligus juru dakwah
Islam.
3.
Dalam tahun ke-13 Nabawi, 75 orang dari Madinah mengundang Nabi (SAW) untuk
datang ke Madinah dan memberikan jaminan perlindungan terhadap beliau (SAW)
dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
4.
Lebih jauh lagi, selain jaminan keamanan, diantara Nabi (SAW) dengan para tamu
dari Madinah itu pun terjadi hal terpenting dalam sejarah, dimana ummat Muslim
mendapatkan ‘tanah-kelahiran’ baru untuk memulai pengembangan masyarakat Muslim
disana. Maka Rasulullah (SAW) pun memberikan ijin hijrah ke Madinah kepada
ummat Muslim.
PENGORBANAN
TERBESAR
Seorang
Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika ikatannya terputus
maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja
bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu tanpa harus mempertanggung-jawabkan
perbuatannya. Berhijrah berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang
dimilikinya. Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad
(SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak perlu merasa takut untuk
membunuh mereka.
Mereka
melakukan pengorbanan sejauh itu hanya dan hanya demi untuk melaksanakan
keIslaman mereka.
Suku
Quraisy di Makkah amat sangat geram mengetahui orang-orang Muslim bersama
dengan suku-suku berkuasa di Madinah. Maka mereka berbuat segala cara untuk
menimpakan penderitaan kepada orang-orang Muslim atas hijrah mereka itu. Salah
satu contoh, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, Abu Salamah (RA) mencoba
untuk hijrah dari Makkah ke Madinah bersama istri dan seorang anak mereka. Maka
para iparnya pun mengambil istrinya secara paksa, sedangkan keluarganya sendiri
juga melarikan anaknya. Maka ia pun berhijrah seorang diri. Sang Istri menangis
berhari-hari karena dipisahkan dari suami dan anaknya. Berselang setahun
kemudian seorang dari suku si istri menaruh iba kepadanya dan membantunya
mendapatkan ijin hijrah ke Madinah bagi istri dan anak Abu Salamah (RA).
Ibnu
Hisyam meriwayatkan bahwa ketika Suhaib (RA) berusaha hijrah, Orang Quraisy
berkata kepadanya, “Ketika dulu kamu datang kemari, kamu sangat miskin dan tak
dipandang sebelah mata. Kini kamu kaya raya. Kami tak kan relakan kamu pergi
membawa kekayaanmu.” Suhaib (RA) menjawab, “Jika kuberikan semua kekayaanku
kepada kalian, akankah kalian relakan aku pergi?" Mereka menyetujui.
Suhaib (RA) menyerahkan semua hartanya kepada mereka dan berhijrahlah ia ke
Madinah. Mengetahui hal ini Rasulullah (SAW) berkata, “Suhaib telah melakukan
pertukaran yang menguntungkan dirinya. Sungguh, Suhaib benar-benar telah melakukan
pertukaran yang menguntungkan dirinya.”
Semua
muhajirin mengalami hal-hal serupa itu. Meskipun harus menghadapi hal
sedemikian, hampir semua Muslim memilih berhijrah ke Madinah. Orang Quraisy
begitu marah melihat kenyataan ini. Pada suatu malam, mereka menempatkan
pasukan yang beranggotakan perwakilan masing-masing suku; satu suku mengutus
satu orang; di sekeliling rumah Rasulullah (SAW). Mereka bahu-membahu untuk
melakukan pembunuhan terhadap beliau ketika keluar rumah di pagi hari. Dengan
cara demikian maka suku darimana Nabi SAW berasal takkan dapat menuntut balas
terhadap semua suku yang terlibat.
Perhatikan
Surah Al-Anfal, ayat 30 berikut ini:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Allah
(SWT) memberitahu Rasulullah (SAW) perihal rencana jahat mereka. Beliau (SAW)
kemudian menyampaikan kepada Ali (RA), “Tidurlah kamu di tempat tidurku dan
berhijrahlah ke Madinah setelah kamu selesaikan pengembalian seluruh
harta-benda (deposit) yang telah diamanahkan/dititipkan oleh orang-orang
didalam rumahku.”
Beberapa
Catatan Penting:
1.
Bagaimanapun kebencian mereka, musuh-musuh yang haus darah itu paham betul
bahwa Muhammad (SAW) adalah seorang yang amat dapat dipercaya. Maka mereka
biasa menitipkan barang-barang berharga yang mereka miliki kepada beliau (SAW)
demi alasan keamanan.
2.
Sebelum Rasulullah (SAW) berhijrah, beliau memastikan terlebih dahulu bahwa
barang-barang berharga titipan musuh-musuhnya, dalam keadaan bagaimanapun juga,
harus dikembalikan kepada mereka.
3.
Ali (RA) merasa yakin bahwa ia akan tetap selamat dan sanggup melaksanakan
pesan yang sulit itu sebab yang menugaskannya adalah Rasulullah (SAW).
4.
Nabi Muhammad (SAW) menhargai bakat yang dimiliki oleh Ali (RA) walaupun ketika
itu Ali (RA) masih muda belia.
SEBUAH
MUKJIZAT
Rasulullah
(SAW) pergi meninggalkan rumah beliau pada malam hari dengan berjalan-kaki
melewat musuh-musuh yang mengepung rumah beliau, sambil membaca ayat ke-9 dari
Surah Yaa-Siin:
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Maka
Allah (SWT) pun menghalangi penglihatan mereka sehingga mereka tak dapat
melihat Rasulullah (SAW) meskipun beliau sempat menaburkan debu keatas kepala
setiap anggota pasukan yang mengepung di sekitar rumah beliau.
PERJALANAN
HIJRAH RASULULLAH (SAW)
Dari
rumah beliau; Rasulullah (SAW) pergi menuju rumah Abu Bakar (RA) dan kemudian
mereka berdua melompat keluar melalui jendela belakang rumah dan melarikan diri
di kegelapan malam sebagaimana telah direncanakan. Berdua saja mereka menempuh
jarak lebih-kurang 7.5 Km menuju sebuah goa yang dikenal dengan sebutan “Goa
Tsur”.
Orang-orang
kafir amat sangat marah karena ternyata adalah Ali (RA) yang berada di tempat
tidur Nabi Muhammad (SAW), maka pencarian dan pengejaran secara besar-besaran
terhadap Rasulullah (SAW) pun mereka lakukan. Mereka mengumumkan sayembara
berhadiah 100 ekor onta bagi siapa saja yang dapat menyerahkan kepala Nabi
(SAW).
SATU
MUKJIZAT LAGI
Sepasukan
orang kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang
laba-laba di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak
masuk kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang
laba-laba itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu
dan mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung
yang berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah
(SAW) tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka
tentulah jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada
tempatnya.
Perhatikanlah
hal ini; musuh sebenarnya hanya kira-kira satu meter dari beliau (SAW), namun
Allah (SWT) melindungi Nabi-Nya dengan ciptaan-Nya yang paling rapuh; yakni
sebuah jaring laba-laba.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah (SWT) menyertai kita.”.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah (SWT) menyertai kita.”.
Surah
At-Taubah , ayat-40:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maka
hanya atas Kasih-sayang Allah (SWT) sajalah mereka berdua bisa bersikap tenang
didalam keadaan yang sedemikian genting, dan Allah pun menolong mereka berdua
dengan pasukan-Nya yang tak terlihat oleh mata manusia.
DI
DALAM GOA TSUR
Rasullah
(SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan
Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1.
Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita
perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua.
Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada
di Makkah.
2.
Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam
hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga
cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar
selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan
demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3.
Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja
sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari
ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4.
Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW)
sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun
akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta
itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang
dinamai Quswa.
5.
Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan
menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
MUKJIZAT
BERIKUTNYA
Selama
menempuh perjalanan dari makkah ke Madinah rombongan mereka lewat di dekat
kemah Ummu Maabad. Mereka pun bertanya, “Adakah kamu memiliki sesuatu yang
boleh kami makan atau minum?” Ia menjawab, “Maaf, sudah tidak ada sama sekali.
Bahkan domba-domba kami pun sedang digembalakan jauh dari sini oleh suami saya.”
Rasulullah (SAW) melihat seokor domba berada di dekat kemah, maka beliau pun
bertanya, “Bagaimana dengan domba ini?” Ummu Maabad berkata, “Domba ini sangat
lemah, tidak ada susu padanya setetes pun.” Nabi (SAW) bertanya, “Bolehkah aku
coba memerah susunya?” Ia pun mempersilahkan, “Cobalah, sekiranya bisa
mendapatkan susu darinya.”
Kemudian
beliau (SAW) mengelus domba itu seraya memanjatkan doa dan mulai memerah susu
domba itu dan ditampung dalam sebuah wadah. Ummu Maabad pun diberi minum susu
domba itu hingga puas. Begitu juga dengan mereka yang menyertai beliau, mereka
pun minum hingga puas.
Sekali
lagi beliau memerah susu domba itu sepenuh wadah dan meninggalkannya untuk Ummu
Maabad. Manakala suami Ummu Maabad kembali ke kemahnya, ia pun terperanjat melihat
ada sediaan susu. Diceritakanlah kepada sang suami bahwa seorang yang sangat
mulia akhlaqnya baru saja mengunjunginya. Ia gambarkan juga ciri-ciri tamunya
itu. Sang suami berkata, “Ciri-cirinya serupa benar dengan seseorang yang
sedang dicari-cari oleh orang-orang Quraisy. Semoga saja aku dapat menjadi
sahabatnya.” (Zadul Ma'ad).
Adapun
rombongan Rasulullah (SAW) melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Suraqah bin
Malik mengejar mereka dengan menunggang kuda dan berharap dapat menangkap dan
menyerahkan Nabi (SAW) kepada kaum Quraisy agar dapat memenangkan hadiah
seratus ekor onta. Namun, begitu ia telah begitu dekat dengan rombongan itu,
kuda yang ditungganginya terjatuh. Entah bagaimana, kaki kuda itu terbenam
kedalam pasir. Ia telah mengupayakan empat hal dengan hasil yang sama. Suraqah
menyadari bahwa ia telah berusaha menangkap Rasulullah (SAW). Ia berjalan
menghampiri Nabi (SAW) dan menyampaikan maksud jahat dengan kehadirannya
disitu. Suraqah memohon agar Rasulullah (SAW) memaafkan dirinya beserta semua
warga sukunya, dan juga memohon agar beliau (SAW) tidak menuntut balas terhadap
mereka kelak pada waktu menaklukan kaum Quraisy. Rasulullah (SAW) dengan sangat
bijaksana meluluskan permintaan Suraqah. Kelak kemudian, Suraqah pun memeluk
Islam. (Zadul Ma’ad).
Buraidah
Aslami, seorang kepala suku, juga ikut melakukan pengejaran dan pencarian
terhadap Rasulullah (SAW) demi memenangi sayembara berhadiah yang diadakan oleh
kaum Quraisy. Ia telah mengetahui posisi rombongan Nabi (SAW) dan iapun
mendekat dan berbicara kepada beliau (SAW), namun pada akhirnya beliaupun dapat
menundukkan hati Buraidah, sehingga Buraidah berikut tujuh-puluh orang lelaki
warganya pun memeluk Islam, diantaranya langsung pada saat itu dan ada juga
yang kemudian. Ia kibarkan bendera putih yang terbuat dari sorbannya dan
kembali pulang ke Makkah sambil mengumumkan dengan suara keras bahwa,
Rasulullah; sang raja perdamaian dan keadilan; sedang dalam perjalanan. (dari
kitab Rahmatul-‘Alamin oleh Mohammad Sulaiman).
TIBA
DI QUBA’
Penduduk
Madinah dan suku-suku di sekitarnya telah berhari-hari menantikan kedatangan
Rasulullah (SAW), mereka duduk berkelompok di sekitar tempat tinggal mereka.
Manakala telah tengah hari dimana terik matahari sudah tak tertahankan, mereka
kembali masuk ke dalam rumah masing-masing. Di suatu siang, seorang Yahudi
sedang mendaki sebuah bukit kecil bermaksud mencari sesuatu yang bisa berguna.
Ia melihat Nabi (SAW) beserta para sahabat beliau dalam pakaian putih-putih
sedang berjalan mendekati Quba’. Maka, dengan suara lantang ia umumkan hal ini
kepada orang-orang Arab.
Ummat
Muslim Quba’ pun bergegas keluar rumah berhiaskan pedang di tangan, penuh
keriangan menyambut kehadiran Nabi Muhammad (SAW). Abu Bakar (RA) menjabat
tangan dengan mereka satu-persatu, Nabi (SAW) duduk beristirahat. Pada waktu
bersamaan, sinar matahari jatuh tepat ke wajah Rasulullah (SAW). Abu Bakar (RA)
pun segera memayungkan selembar kain alas keatas Nabi (SAW) untuk melindungi
beliau dari sengatan sinar matahari. Dengan demikan mengertilah mereka bahwa
itulah Rasulullah (SAW). (Bukhari).
Maka
saat itu juga orang-orang Yahudi menjadi saksi atas terpenuhinya janji Allah
(SWT) didalam kitab suci mereka, dimana disebutkan didalamnya bahwa datangnya
dari arah selatan, dan Sang Quddus (insan suci) itu berasal dari pegunungan
Faran.
Selang
beberapa hari kemudian, Nabi (SAW) mendirikan masjid di Quba sebagaimana
disebutkan didalam Al-Qur’an. Beliau (SAW) dan seluruh sahabat terlibat
langsung dalam pembangunan masjid ini. Semua Muslim adalah setara dan mereka
semua sangat antusias untuk memperoleh balasan dari Allah (SWT). Setelah
bermalam beberapa hari, Rasulullah (SAW) dan para sahabat melanjutkan
perjalanan menuju Madinah pada hari Jum’at dan melaksanakan Shalat Jum’at di
sebuah lahan di lingkungan suku Banu Salim Bin Auf. Sampai sekarang masih dapat
kita saksikan sebuah masjid tegak berdiri di tempat itu, masjid itu dinamakan
Masjid Jum’ah.
TIBA
DI MADINAH
Setiba
Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di
dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu
sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh
untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung
turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan
bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa
hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and
Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga
menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun
putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah
setelah terjadi peperangan Badar.
Di
Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut,
“Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai
Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan
bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan
pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa
beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap
kota ini. (Bukhari).
ARTI
PENTING HIJRAH
Hijrah
telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1.
Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah
kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan
Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun
kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2.
Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal
16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya
perhitungan kalender Hijriyah.
3.
Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam.
Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan
kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi
generasi-generasi yang kemudian.
4.
Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA)
sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran,
Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5.
Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat
mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat
penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya
sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang
demikian dihormati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar